Bandung, 17 Maret 2009
Kepada :
Yang tercinta,
(my girl)
di
Tempat
Salam manis,
Sebuah Surat, Isinya rindusebuah surat untukmu, MY GIRL
isinya:
beberapa rindu yang kulipat kecil-kecil
biar muat di amplop ini
tak kutuliskan kata-kata di sana
satu pun tidak
(tapi biar kamu nggak bingung
kubuatkan saja sebuah puisi)
lembar yang berwarna kuning ini adalah rindu ketika aku
menunggumu di depan rumahmu
sendirian
malam itu gerimis
langit sedang menangis
angin menyebar dingin
langit memucat
kau tak pernah mau keluar
lembar yang berwarna jingga ini
adalah rindu ketika jarak antara kau dan aku
seakan sejauh keliling bumi ini
cuaca terang-cerah
sehabis panen
sawah-sawah jadi padang
angin kencang
kuterbangkan layang-layang dengan harapan
sampai ke tempatmu, di kota ini
tapi tak pernah sampai padamu
lembar yang berwarna merah ini
adalah rindu ketika ketakutan berseliweran di atap rumahku
mereka masuk
menyusup ke kamarku
merangkak-rangkak ke tempat tidurku
lalu menusuk dadaku
ada ceceran darah di lantai, di dinding, di seprai
tapi kau tak pernah tahu sakitnya
lembar yang berwarna biru ini
adalah rindu ketika kapal-kapal dan camar
terhampar sampai ujung gurat kaki langit
matahari tersenyum tiap kali aku tengadah
(suara musik, tentang ombak, entah dari mana)
ingin kuajak kau menari di tepi pantai ini
sambil menunggu pasang
tapi kau tak pernah mengerti indahnya
tapi lembar yang berwarna putih ini
bukanlah rinduku
aku mengirimkannya padamu agar kau membalas suratku
dengan rindu pula
kau bisa warnai kertasnya
terserah, bagaimana maumu
agar kau mengerti rinduku
Jangan-jangan hati ini melupakan rasa cinta padaNya.
Jangan-jangan selama ini aku hanya pura-pura cinta kepadaNya.
Jangan-jangan semua orang mengira bahwa aku adalah orang yang benar-benar cinta padaNya.
Padahal...kadangkala hati selingkuh dari cintaNya.
Tadi pagi, ada sesuatu yang membuat aku tersadar.
Apakah aku masih mencintaiNya?
Apakah hanya dengan rukuk dan sujud aku telah membuktikan cinta ini?
Tiba-tiba aku merasa jauh dan jauh.....
Karena sejak beberapa waktu, ada rasa ingin berlari jauh dari semuaNya.
Ingin sembunyi dan melupakan semua syarat-syarat untuk mencintaiNya.
Kadang syarat itu berat dan membuat aku letih. Makanya aku ingin sembunyi. Ataukah syaitan yang menggoda aku, hingga untuk memenuhi syarat-syarat itu aku menjadi lelah dan ingin sembunyi?
Kadang melihat yang lain semakin mendekat denganNya membuat aku iri. Benar-benar iri bahkan kadang marah sendiri.....
Aku melupakan cintaNya, ketika aku jatuh cinta pada makhluk ciptaanNya. Meski sadar dan berusaha untuk membunuh cinta itu, tapi selingkuh cinta ini tetap saja berlanjut. Apalagi jika selingkuh cinta ini langsung menjadi inspirasi dalam sebuah puisi.
Pun ketika patah hati, aku malah menggugat cintaNya.
Mengapa harus begini? Mengapa harus begitu?
Jatuh cinta dan patah hati. Tadinya aku pikir adalah perjalanan cinta yang harus aku alami. Padahal tadinya, sewaktu masih kecil aku ingin sekali jatuh cinta, pertama-terakhir dan selamanya. Aku tidak ingin jatuh cinta kalau tidak selamanya. Tapi kenyataan berkata lain. Cinta pertama bukan untuk dimiliki pun kedua, ketiga dan selanjutnya.
Cinta pertama datang begitu saja tiba-tiba tanpa disadari. Jatuh cinta..patah hati, itu saja yang aku tahu. Rasanya ingin marah dan menggugat cintaNya. Kenapa aku harus bertemu dengannya, kenapa aku harus mengenalnya dan kenapa aku bisa mencintainya kalau tidak bisa dimiliki. Rasanya lelah jika selalu begitu.....
Padahal sudah berkali-kali berdoa
"Ya, Allah jangan biarkan aku jatuh cinta pada orang yang bukan menjadi milik ku selamanya"
Doa itu sudah lama sekali. Tapi yang terjadi berbeda. Aku bukan orang yang mudah jatuh cinta. Tapi lebih sering patah hati. Kadang menyesali tindakan bodoh yang selalu mengalah. Aku tidak pernah ingin melukai hati orang lain. Sahabat, teman, saudara dan orang-orang yang aku cintai. Tapi kenapa akhirnya aku yang sering terluka.
Apakah perlu menyesal dengan semua pilihanku? Aku memilih persahabatan daripada cinta.....
Kenapa ya? Aku tidak ingin cinta datang tapi kadang tidak pernah menyadari bahwa cinta itu sudah ada dalam hati. Aku tidak ingin sebab kadang sudah tahu akhirnya....patah hati. Selalu begitu.....
Jangan-jangan orang lain mengira bahwa aku setia pada cintaNya.
Padahal tidak. Aku sudah sering selingkuh dengan mencintai makhluk ciptaanNya. Merindukan makhluk ciptaanNya hingga lupa merindukanNya.
Suatu ketika ada yang bertanya
"Apakah kamu akan menikah dengan orang yang kamu cintai atau kamu akan mencintai orang yang kamu nikahi...?"
Ada yang tahu jawabannya...
TAPI, kalau aku ingin dua-duanya
Tapi aku hanya ingin satu....
Aku hanya ingin cinta yang tak melukai
Jika.....
Aku caripun sampai kemana
Jika aku masih belum sepenuh hati mencintaiNya
Aku takkan pernah menemukan
cinta itu.....
Cinta yang tak melukai.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar